Islam liberal selalu bilang 'umat harus beragama secara rasional dan kritis terhadap wahyu'. Akal memang digunakan dalam memahami wahyu, tapi tidak lantas bisa menghakimi wahyu.
Pemikiran
bercabang
Kenapa? Lanjut Akmal, karena
wahyu selalu berada di depan akal. Ketika Surat An Naba Turun, sahabat tidak
bertanya mengapa gunung disebut pasak. Para sahabat ketika menerima wahyu
tersebut tidak mengatakan hal tersebut tidak rasional lantas menolak. Mereka mendengar
dan mengimani.
“Akal belum paham, wahyu sudah
ngomong itu. Ketika surat An Naba
turun, siapa yang mengerti wal-jibala
autadan; gunung sebagai pasak? Tidak ada. Baru berabadabad kemudian ahli
geologi menyatakan memang gunung itu pasak. Kalau tidak ada gunung, lempeng
tektonik kita jalan-jalan. Karena inti bumi itu cair, kerak buminya padat,” jelas
Pengajar mata kuliah Islamic Worldview di Universitas Azzahra.
Menurut Akmal hal ini
disebabkan para penganut Islam Liberal berpikir dualis. Karena menggunakan cara
berpikir yang sekuler, Islam liberal menjadi delusional.
“Dia berpikir dualis, terpecah-belah
cara berpikirnya. Sementara orang Islam harus berpikir komprehensif dalam segala
sesuatu, tauhid, berpikirnya lurus. Yang salah ya cabang-cabangnya. Banyak cabangnya.
Kesesatan itu diumpamakan sebagai cabang-cabang jalan. Jalan yang lurus, tapi
kita sering berbelok ke tempat yang salah. Cara berpikir mereka betul-betul
sudah dimasukkan dalam otak tanpa kita sadari,” sebutnya.
Islam Liberal: Ideologi
Delusional merupakan buku terbaru Akmal Sjafril setelah sukses dengan buku Islam
Liberal 101. Kajian ini diselenggarakan Remaja Islam Sunda Kelapa (RISKA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar